Dalam rilis berita yang sama, Frans Aba ketika dikonfirmasi terkait kehadirannya di Nagekeo dan Bajawa, membenarkan hal tersebut.

“Saya diundang oleh Ikatan Mahasiswa Asal Kecamatan Mauponggo (IMMAGO) Kupang. Di sana saya akan membagikan materi seputar Pembangunan Infrastruktur Bagi Perempuan, Anak dan Kelompok Rentan di Desa dengan judul: Kemiskinan, Perempuan dan Etika Politik Pembangunan di NTT,” kata Frans Aba.

Lanjut Frans Aba, materi tersebut sangat penting untuk menjadi bahan sosialisasi kepada semua warga, terutama para mahasiswa, para orang muda dan siapapun yang ingin terlibat menjadi pemimpin di tengah masyarakat.

Hal ini sejalan dengan prinsip kepemimpinan Frans Aba. Bahwa basis etis dari sebuah politik pembangunan adalah penderitaan kelompok-kelompok rentan dan terpinggirkan. Kalau suara mereka yang menderita diabaikan, dibungkam atau dianggap pengganggu, selamanya pembangunan akan berjalan di tempat bahkan kian terbelakang.

“Nah, ini esensi dari inovasi dan tranformasi kepemimpinan. Sehingga kalau ada pemimpin sebelumnya yang tidak memperhatikan hal-hal fundamental ini, mengabaikan tangisan orang-orang yang tanahnya dirampas, membiarkan harga diri masyarakat dicengkeram kelompok-kelompok berkepentingan tertentu, maka kepemimpinan mereka jelas tidak inovatif dan tidak transformatif,” pungkas Frans Aba. (Rilis/Tenda)

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.