Bupati Nagekeo: Sejak Dini Ajari Anak Cari Uang Sendiri.
FAKTAHUKUMNTT.COM, NAGEKEO – 7 Juni 2023.
Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do menyarankan para guru atau tenaga pendidik untuk mengajarkan anak didik cara menghasilkan uang sendiri sejak usia belia.
Menurut orang nomor satu di kabupaten Nagekeo tersebut, pengetahuan menghasilkan pendapatan sendiri sangat penting bagi tumbuh kembang anak.
“Ajar anak-anak kita dari PAUD, TK, SD itu cari uang sendiri ya, cari uang jajan sendiri”, ucap Bupati Don dalam sambutannya, saat membuka kegiatan Bimtek, bagi guru TK, PAUD dan Kober tingkat kabupaten Nagekeo, selasa 6 juni 2023.
“Kita bisa lihat Orang Cina anaknya sudah sejak kecil diajari membuat adonan kue, bola bola roti. Mereka sudah diajarkan keterampilan tangan. Anak sudah dilatih dari kecil untuk kerja” ungkapnya lebih lanjut.
Kata Bupati Nagekeo, Salah satu contoh sederhana yang bisa dikerjakan anak dalam menghasilkan uang sendiri adalah mengumpulkan barang rongsokan ataupun kemasan botol plastik kemudian dijual.
“Anak-anak kita dari PAUD saya kasih contoh anak bawa botol plastik apa saja dari rumah, kumpulkan, panggil tukang timbang di timbang dan bisa dapatkan uang. Mereka akhirnya tahu bahwa ini bisa jadi uang”, ungkap Bupati Nagekeo, dihadapan 42 Guru peserta Bimtek di Aula VIP Kantor Bupati Nagekeo.
Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo melalui Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI) Kabupaten Nagekeo.
Narasumber kegiatan tersebut adalah Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo Venantius Minggu, S.Pd, Dosen Universitas Terbuka PG -PAUD Ibu Gabriel Winda Astuti ,M.Pd dan Ketua IGTKI Kabupaten Nagekeo Clementina Y. Sina,S.Pd
Bupati Nagekeo berharap kegiatan bimbingan teknis tersebut menghasilkan dan merangsang para guru untuk menggunakan bahan pembelajaran, tidak hanya mengandalkan bahan daur seperti Plastik dan Kardus tetapi mereka juga mampu memanfaatkan bahan organik.
“Salah satu yang saya bayangkan adalah pusumuku (jantung pisang,red) dengan bagian kuning dalamnya. Ini juga bahan belajar yang menarik buat anak PAUD karena tidak menimbulkan alergi, bersih dan organik. Jika tidak digunakan lagi bisa dibuang jadi sampah organik (pupuk)” jelasnya.
Menurut Bupati Nagekeo, Alat Permainan Edukatif (APE) bisa digunakan dari bahan yang ada di lingkungan sekitar, baik bahan daur ulang maupun bahan organik lainnya.
Para guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan alat permainan edukatif yang ramah lingkungan.
“Bahan-bahan yang sudah ada terlalu banyak disekitar kita tapi jika tidak ada kreatifitas maka tidak akan jadi apa-apa, ” ucap bupati Nagekeo.
Bupati Don Bosco berpesan kepada para guru peserta pelatihan agar dalam membimbing dan mendidik anak tidak pilih kasih.
Kata Bupati, guru harus bisa memahami setiap individu siswa secara detail tanpa memilah satu dengan yang lainnya.
Sebab, ada kecenderungan para guru lebih dekat dengan anak-anak yang bersih, segar, pintar.
Bupati Nagekeo menegaskan, Jika praktek seperti ini terjadi, maka guru sebagai penyumbang disparitas (perbedaan) dan sudah mulai diskriminasi di kelas dengan adanya beda perlakuan.
“Nanti kemudian tu ada perlakuan antara orang yang miskin sama orang yang mampu, orang yang bodoh sama orang yang pintar” ungkap Bupati Don.
Bupati Nagekeo juga berharap para pendidik lebih serius dalam mengurusi peserta didik dengan fokus perhatian kepada anak berkebutuhan khusus.
Kepada mereka perlu dilakukan bimbingan dan pendampingan yang lebih dan perlu juga lakukan kunjungan rumah.
Untuk itu, setiap guru harus mengenali secara baik setiap siswanya, mengetahui dengan pasti kemampuannya sehingga ketika ada persoalan yang di hadapi bisa segera temukan solusi apa yang akan dilakukan.
“Saya ajak kita berpikir serius karena ini perilaku guru dalam kelas, dalam treatment kita pada semua anak. Saya minta ibu-ibu guru justru harus memberikan perhatian lebih kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Saya tidak bilang mereka miskin, bodoh, kotor, tidak. Saya hanya sebut mereka berkebutuhan khusus lalu kalau tidak bisa, apa persoalan anak ini sampai modelnya begini, kunjung di rumahnya” saran Bupati Nagekeo.
Bupati Nagekeo mengajak semua elemen untuk lebih peka dan peduli kepada anak yang berkebutuhan khusus mulai dari level RT, Dasawisma. jika hal itu tidak dilakukan maka mereka tidak menjadi bonus demografi karena tidak kompetitif.
Selain tentang pembelajaran praktis, Bupati Nagekeo juga menekankan bagaimana memanfaatkan bahan yang ada di sekitar lingkungan tinggal untuk dijadikan bahan pembelajaran, alat bantu belajar untuk memahami konsep bentuk, jumlah, numerik dan mungkin juga huruf.
“Kita sekalian punya imajinasi yang lain, ada barang-barang lain lagi yang bisa digunakan selain pusumuku (jantung pisang,red) sebagai bahan belajar dan itu akan sangat membantu.” pungkas Bupati Nagekeo. (Rls/Ixta/Tenda)
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.