Kabupaten Nagekeo, yang kaya akan potensi pertanian (jambu mete, kopi, kakao) serta pariwisata berbasis alam dan budaya, membutuhkan generasi muda yang tidak hanya memahami sektor ini tetapi juga mampu mengembangkannya dengan inovasi.
Ia juga menekankan pentingnya pendidikan berbasis kearifan lokal, seperti gotong royong, musyawarah, dan tenun ikat Gero, untuk memperkuat karakter dan identitas daerah.
“Dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, sangat diperlukan agar pendidikan di Nagekeo benar-benar mampu mencetak generasi yang berdaya dan siap menghadapi tantangan global,” tambahnya.
Sementara itu, Oskar Meta, Ketua Yayasan PKBM Pelihara, menyampaikan bahwa masih banyak anak di Kabupaten Nagekeo yang mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan. Dengan materi bertajuk “Peran Yayasan Pelihara dalam Penuntasan Angka Putus Sekolah”, ia menyoroti upaya yayasan dalam menjangkau Anak Tidak Sekolah (ATS) agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak.
Yayasan Pelihara melalui program Layanan Keterjangkauan aktif terjun langsung ke desa-desa untuk mengidentifikasi anak-anak putus sekolah dan memberikan mereka pendampingan serta pembelajaran.
“Kami tidak hanya menunggu, tetapi bergerak aktif untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun anak usia sekolah yang tertinggal,” ujar Oskar.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.