Boni menambahkan bahwa sebelum ada intervensi dari Yayasan Tanah Nua Flores, nelayan di Kotodirumali masih menggunakan metode penangkapan tradisional yang kurang efektif. Namun, dengan adanya pelatihan serta bantuan alat tangkap ramah lingkungan, produktivitas nelayan meningkat.
“Alat tangkap ini sangat membantu. Sekarang kami bisa menyeleksi gurita yang layak ditangkap, minimal berbobot 1 kg, sedangkan yang lebih kecil kami lepas kembali untuk menjaga keseimbangan ekosistem,” tambahnya.
Meskipun hasil tangkapan meningkat, para nelayan masih menghadapi kendala serius, yakni rendahnya harga jual gurita.
“Yang masih jadi kendala hanya soal pemasaran. Harga bagi kami masih terlalu rendah,” keluh Boni.
Harga gurita yang rendah ini disebabkan oleh akses pasar yang masih terbatas membuat nelayan sulit mendapatkan harga yang lebih baik. Maka sangat diperlukan keterlibatan pemerintah dalam kebijakan harga yang lebih berpihak pada nelayan. (Tenda)
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.