Penulis : Petrus Fua Betu

Marselinus menilai janggal dengan tuntutan Wilem Napa Dkk, yang menuntut mengadakan ritual adat permohonan maaf kepada leluhur Suku Anak Lara-Lele dan menggusur Perkampungan untuk tempat pekuburan keluarga suku ana Lara-Lele.

Pasalnya, menurut Marselinus Pekerjaan jalan tersebut, bukan merupakan pembukaan jalan baru, melainkan peningkatan jalan karena lokasi jalan menuju ke kampung Kawa sudah ada sejak lama.

“Pada saat pembukaan jalan saat itu, sudah ada ritual dari tokoh adat mengatasnamakan Lambo secara keseluruhan melalui kepala suku Labo, Yakobus Lodhu. Jadi mau ritual apa lagi lagi?. Jika menerima tuntutan mereka, bagaimana dengan suku dan rumah adat yang lain karena masing-masing punya ulayat”, tegas Marselinus.

Marselinus Berpendapat, untuk menghindari konflik internal antara masyarakat adat di Lambo, diharapkan kepada pihak ketiga untuk tidak melayani permintaan atau tuntutan dari Wilem Napa dkk.

“Kalau kita menerima berarti kita mengakui, dan itu akan menjadi racun ditingkat masyarakat adat Lambo, secara keseluruhan”, Tegas Marselinus.

Tetap Terhubung Dengan Kami: